EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA
Oleh: Emiliannur, S. Pd
A. Penilaian (Assesment)
1. Definisi Penilaian (Assesment)
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
- Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
- Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
- Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Penilaian adalah proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk membuat keputusan.
Sedangkan menurut Nana Sudjana (1989: 220), penilaian adalah proses untuk menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam suatu konteks situasi tertentu, dimana proses penentuan nilai berlangsung dalam bentuk interpretasi yang kemudian diakhiri dengan suatu “judgment“.
Penilaian (assessment) dalam Akhmad Sudrajat (2008), adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Menurut Linn dan Gronlund, assessment adalah istilah umum yang melibatkan semua rangkaian prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hasil belajar siswa atau peserta didik (misalnya: observasi, skala bertingkat tentang kinerja, tes tertulis) dan pelaksanan penilaian mengenai kemajuan belajar siswa (peserta didik).
2. Tujuan dan Fungsi Penilaian (Assesment)
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Misalnya dengan melakukan perubahan dalam strategi mengajar, memberikan bimbingan dan bantuan belajar kepada siswa. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya).
Di dalam Surya Darma (2008), tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk :
- Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan siswa lainnya
- Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah, dalam aspek intelektual, sosial, emosional, moral, dan ketrampilan yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pembelajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya memanusiakan atau membudayakan manusia, dalam hal ini para siswa agar menjadi manusia yang berkualitas.
- Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pembelajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapainya hendakmya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata, tetapi juga bisa disebabkan oleh program pembelajaran yang diberikan kepadanya atau oleh kesalahan strategi dalam mekalsanakan program tersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar dan alat bantu pembelajaran.
- Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa. Dalam mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan pelaksanaan sistem pendidikan serta kendala yang dihadapinya. Laporan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan, misalnya dinas pendidikan setempat melalui petugas yang menanganinya. Sedangkan pertanggungjawaban kepada masyarakat dan orang tua disampaikan melalui laporan kemajuan belajar siswa (raport) pada setiap akhir program, semester.
Dalam Akhmad Sudrajat (2008), penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.
- Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
- Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau tidak di sekolah tertentu.
- Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai kompetensi.
- Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.
- Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang perlu remidiasi atau pengayaan.
- Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yang sesuai. Contoh dari penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik.
Di dalam Arikunto (2005: 10) tujuan dan fungsi penilaian adalah:
- Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai tujuan antara lain
1) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu
2) Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya
3) Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
4) Untuk memilih siswa yang sudah berak meninggalkan sekolah dan sebagainya
- Penilaian berfungsi diagnostic
Dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahan. Dengan diketahinya sebab kelemahan akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.
- Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian.
- Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi keempat ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Dari keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan utama dalam penilaian.
Atau dapat disimpulkan tujuan penilaian hasil belajar
- Tujuan Umum :
1) menilai pencapaian kompetensi peserta didik;
2) memperbaiki proses pembelajaran;
3) sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.
- Tujuan Khusus :
1) mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa;
2) mendiagnosis kesulitan belajar;
3) memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar;
4) penentuan kenaikan kelas;
5) memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.
Dan fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut.
- Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
- Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
- Meningkatkan motivasi belajar siswa.
- Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
Di dalam Surya Darma (2008), penilaian berfungsi sebagai berikut:
- Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.
- Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll.
- Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
Berdasarkan pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Selanjutnya, ayat (2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk (a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik; (b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan (c) memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan produk.
Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada semester dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua.
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara langsung atau tak langsung mampu melaksanakan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai sejauhmana siswa telah menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk), kumpulan hasil kerja siswa (portofolio), dan penilaian tertulis (paper and pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.
3. Contoh Penilaian (Assesment)
Dalam Suraprana dan Hatta (2004: 71), authentic assessment (penilaian autentik) merupakan pendekatan penilaian yang melibatkan peserta didik secara realistis dalam menilai prestasi mereka sendiri. Bentuk Penerapan Asesmen Autentik menurut Corebima, Portofolio, Performance, Proyek, Respon tertulis, Wawancara lisan, Tugas problem solving kelompok, Merancang sebuah mobil, Membuat presentasi tentang emosi orang, Penelitian, Menulis/Essei, Merevisi, Mendiskusikan masalah, Analisis lisan, Ceklist, Simulasi, Demonstrasi/perbuatan, Presentasi, Evaluasi, dll
Guru dewasa ini mulai beralih ke pendekatan penilaian antara lain tes penampilan (performance test) dan penilaian portofolio (portofolio assessment). Dengan kata lain guru sedang mencari jalan paling baik untuk menilai peserta didik.
- Portofolio
Penilaian portofolio dalam Suraprana dan Hatta (2004: 75), bertujuan sebagai alat formatif maupun sumatif. Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Portofolio ditujukan untuk penilaian sumatif pada akhir semester atau akhir pelajaran.
Menurut Barton dan Collins dalam Suraprana dan Hatta (2004: 82), terdapat beberapa karakteristik esensial dalam pengembangan berbagai bentuk portofolio, yaitu:
1) Multi sumber
Multisumber artinya portofolio memungkinkan untuk menilai berbagai macam evidence.
2) Authentic
Evidence peserta didik harus autentik, artinya ditinjau dari konteks maupun fakta harus saling berkaitansatu sama lain (context and evidence are directly linked).
3) Dinamis
Portofolio bersifat dinamis artinya portfolio mencakup perkembangan dan perubahan.
4) Eksplisit
Portofolio haruslah jelas, artinya semua tujuan pembelajaran berupa kompetensi dasar dan indicator harus dinyatakan secara jelas.
5) Integrasi
Portofolio senantiasa berkaitan dengan program yang dilakukan peserta didik di kelas dan dengan kehidupan nyata.
6) Kepemilikan
Portofolio tidak hanya sekedar menilai atau membuat peringkat peserta didik yang satu dengan lainnya tetapi harus menyambungkan antara evidence peserta didik dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, atau indicator pencapaian belajar.
7) Beragam tujuan
Portofolio tidak hanya mengacu pada satu standar kompetensi, kompetensi dasar, atau indicator pencapaian belajar tetapi juga mengacu pada beberapa indicator pencapaian hasil belajar
Beberapa criteria penilaian portofolio dalam Suraprana dan Hatta (2004: 121):
1) Apa yang digunakan untuk mengukur tujuan tersebut?
2) Strategi apa yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
3) Evidence mana yang akan dipilih untuk dimasukkan ke dalam portofolio dan memenuhi criteria yang telah ditetapkan?
Contoh Informasi Portofolio Fisika SMP kelas IX
Standar Kompetensi : 4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar | Materi
Pembelajaran |
Kegiatan pembelajaran | Indikator | |
4.1 Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet. | Kemagnetan |
|
|
Contoh format penilaian portofolio untuk mata pelajaran fisika
Kompetensi dasar
4.2 Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet. |
Nama peserta didik : …………
Tanggal : ……….. |
||||||||||||||||||||
Indicator | Penilaian | ||||||||||||||||||||
|
|
||||||||||||||||||||
|
Komentar guru: | ||||||||||||||||||||
Komentar orangtua:
|
4. Validitas dan Reliabilitas
Suraprana dan Hatta (2004: 82) menyatakan, “Penilaian portofolio Nampak agak kurang reliable dan kurang fair dibandingkan dengan penilaian lain yang menggunakan angka seperti ulangan harian, ulangan umum maupun ujian akhir nasional yang menggunakan tes. Dengan demikian tidak diragukan lagi memang penilaian portofolio dianggap kurang reliable dibandingkan penilaian bentuk lainnya.”
Penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik (self assessment) maupun oleh kelompok peserta didik agak kurang reliable. Oleh karena itu latihan penilaian oleh peserta didik sangat diperlukan.
B. Evaluasi (Evaluation)
1. Definisi Evaluasi (Evaluation)
Sukardi (2008: 21), “Hubungan antara evaluasi, pengukuran, dan tes adalah sangat erat, saling mendukung dalam usaha seorang pendidik memperoleh informasi yang komprehensif terhadap peserta didik. Evaluasi pendidikan merupakan proses di mana seorang guru menggunakan informasi yang diturunkan dari beberapa sumber informasi agar dapat mencapai tingkat pengambilan keputusan dengan benar. Dalam hal ini, evaluasi bias dilakukan, baik melalui pengukuran maupun tanpa pengukuran, di mana siswa memiliki sifat yang diidentifikasi dan dimodifikasi sebagai hasil pengalaman pendidikan. Keberadaan alat pengukuran yang baik, dapat membantu guru dalam pengambilan keputusan. Evaluasi merupakan proses inklusif dari pengukuran, sedangkan pengukuran hanyalah bagian dari evaluasi.”
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) mengemukakan bahwa: educational evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2009) yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Wiersma dan Jurs (1985:5) dalam Said Hamid Hasan (1988:11) menggambarkan bentuk hubungan tersebut dengan tepat sebagai berikut: evaluasi, pengukuran dan tes adalah:
Gambar Hubungan antara evaluasi, pengukuran dan tes
Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff, dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
2. Fungi dan Tujuan Evaluasi (Evaluation)
Seorang guru harus mengenal beberapa macam tujuan evaluasi dan syart-syarat yang harus dipenuhi agar mereka dapat merencana dan melakukan evaluasi dengan bijak dan tepat. Dalam Sukardi (2008: 8), suatu evaluasi harus memiliki syarat sebagai berikut: 1) valid, 2) andal, 3) objektif, 4) seimbang, 5) membedakan, 6) norma, 7) fair, dan 8) praktis.
Minimal ada 6 tujuan evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar. Dalam Sukardi (2008: 9), keenam tujuan evaluasi tersebut adalah:
- Menilai ketercapaian (attainment) tujuan. Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa.
- Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Belajar dikategorikan sebagai kognitif, psikomotorik, dan afektif. Batasan tersebut umumna dieksplisitkan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai.
- Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang telah ketahui. Setiap siswa masuk kelas membawa pengalaman masing-masing. Siswa mungkin memiliki karakteristik yang bervariasi, pengalaman itu digunakan sebagai awal dalam proses belajar mengajar melalui evaluasi pretes pada para siswa.
- Memotivasi belajar siswa. Evaluasi harus dapat memotivasi belajar siswa.
- Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. Guru perlu mengetahui informasi ribadi untuk kemudian guru mengambil keputusan terbaiknya.
- Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum. Keterkaitan antara evaluasi dengan instruksional sangat erat, beberapa guru dapat mengubah prosedur evaluasi dan metode mengajar dengan mudah menurut kepentingan mereka, sedangkan untuk melakukan perubahan kurikulum perlu pertimbangan lebih luas.
Evaluasi tidak hanya digunakan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar, secara lebih luas evaluasi juga dapat digunakan untuk menilai program dan system di lembaga pendidikan. Untuk cakupan yang lebih luas, yaitu pada evaluasi program, Grubb dan Ryan dalam Sukardi (2008: 11) menyatakan, minimal ada lima tujuan penting mengapa perlu dilakukan evaluasi bagi seorang pimpinan lembaga, yaitu: 1) menginformasikan kepada pemerintah, 2) meningkatkan keputusan pada pengusaha terhadap kegiatan yang dilaksanakan, 3) meningkatkan keputusan pada para pengusaha terhadap training dan program yang telah direncanakan.
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujan:
- mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
- mengetahui tingkat keberhasilan PBM
- menentukan tindak lanjut hasil penilaian
- memberikan pertanggung jawaban (accountability)
Sejalan dengan tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi:
- Selektif
- Diagnostik
- Penempatan
- Pengukur keberhasilan
Selain keempat fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
- Remedial
- Umpan balik
- Memotivasi dan membimbing anak
- Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
- Pengembangan ilmu
3. Contoh evaluasi
Dalam evaluasi dapat dilakukan tes tertulis dan nontes. Agar data dapat terkumpul, maka dibutuhkan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan adalah dalam ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
- Ranah Kognitif.
Hasil belajar ranah kognitif meliputi kemampuan yang menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Tingkat penilaian menurut taksonomi Bloom:
1) Pengetahuan: mengingat, menghapal, dan menyebut
2) Pemahaman: menerangkan, menjelaskan, dan merangkum
3) Penerapan: menghitung, membuktikan, dan melengkapi
4) Analisis: memilah, membedakan, dan membagi
5) Sintesis: merangkai, merancang, dan mengatur
6) Evaluasi: mengkritik, menilai, dan menafsirkan
b. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung: mau bertanya, mau berpendapat, mau menanggapi, keseriusan dan kritis.
c. Ranah Psikomotor
Hasil belajar ranah psikomotor berupa keterampilan dan kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya.
Tingkat kemampuan ranah psikomotor menurut Harrow:
1) Imitation
2) Manipulation
3) Precision
4) Articulation
5) Naturalization
CONTOH LEMBAR OBSERVASI
PENILAIAN ASPEK AFEKTIF
Standar Kompetensi :
Kompetensi Dasar :
Indikator :
Materi Pokok :
Submateri Pokok :
Kelas / Semester :
Kelompok :
Waktu :
Pertemuan ke : ………..
Hari / tanggal : …………………. / ………………………………………….
No | Nama Siswa | Aspek yang Diamati | |||||||||||||||||||
Mau Mengemukakan Pendapat | Mau Menanggapi | Keseriusan | Kritis | ||||||||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | ||
1 | |||||||||||||||||||||
2 | |||||||||||||||||||||
3 | |||||||||||||||||||||
4 | |||||||||||||||||||||
5 | |||||||||||||||||||||
6 |
|
|||
|
|||
( …………. )
CONTOH LEMBARAN OBSERVASI
PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR
|
Standar Kompetensi :
|
Kompetensi Dasar :
|
Indikator :
Materi Pokok : Gaya Gesekan
Kelas / Semester : X / 1
Waktu : 2 x 45 menit
Hari / tanggal : …………………. / ………………………………………….
Nama kelompok : ……………………………………………………………………….
KRITERIA | SKOR | TOTAL | ||||
A | B | C | D | E | ||
A. TAHAP PERSIAPAN | ||||||
|
||||||
2. Mengkalibrasi Neraca Pegas | ||||||
B. TAHAP PELAKSANAAN | ||||||
1. Menimbang balok dengan menggunakan neraca pegas untuk menentukan massa balok/mengukur gaya beratnya. | ||||||
2. Mengaitkan balok dengan neraca pegas | ||||||
3. Mengamati perubahan skala pada neraca pegas | ||||||
4. Membaca skala pada neraca pegas yang digunakan | ||||||
C. Tahap Hasil | ||||||
1. Menganalisa/mengolah data percobaan | ||||||
|
||||||
|
||||||
Skor Total |
Skor Maksimum Ideal : 45
Pedoman penskoran:
A (bobot 4) : kriteria SANGAT TEPAT
B (bobot 3) : kriteria TEPAT
|
C (bobot 2) : kriteria KURANG TEPAT
D (bobot 1) : kriteria TIDAK TEPAT
E (bobot 0) : kriteria TIDAK TAHU APA- APA
Nilai Praktikum = x 100 =
- 4. Validitas dan reliabilitas evaluasi
- Validitas
Karakteristik pertama dan memiliki peranan sangat penting dalam instrument evaluasi, yaitu karakteristik valid (validity). Suatu instrument evaluasi dikatakan valid, seperti yang diterangkan oleh Gay (1983) dan Johnson (2002) dalam Sukardi (2008: 31), apabila instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Jadi jika tes tersebut adalah tes pencapaian hasil belajar maka hasil tes tersebut apabila diinterpretasi secara intensif, hasil yang dicapai memang benar menunjukkan ranah evaluasi pencapaian hasil belajar.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang akan diukur. Soal tes harus sesuai dengan kisi-kisi.
Validitas suatu instrument evaluasi dalam Sukardi (2008: 31), mempunyai makna penting diantaranya:
1) Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrument evaluasi untuk grup individual atau bukan instrument itu sendiri
2) Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bias mencakup kategori rendah, menengah dan tinggi
3) Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang erlu dierhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja.
Dalam evaluasi pendidikan, validtas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas konkuren, dan prediksi.
- Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrument evaluasi dikatakan memiliki reliabilitas tinggi apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini berarti semakin reliable suatu tes, semakin yain kita dapat menyatakan bahwa di dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama dan bias dipakai di suatu tempat sekolah, ketika dilakukan tes kembali.
Reliabilitas suatu tes umumnya diekspresikan secara numeric dalam bentuk koefisien yang besarnya -1 > 0 > +1. Koefisien tinggi menyatakan reliabilitas tinggi.
Reliabel merupakan ketepatan suatu tes apabila digunakan pada subjek yang sama. Menurut Suharsimi (2005: 103):
Dimana dan
Keterangan:
= reliabilitas tes secara keseluruhan
n = jumlah butir soal
M = rata-rata skor tes
N = jumlah pengikut tes
= varians total
Tabel 4. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal
No | Indeks Reliabilitas | Klasifikasi |
1 | 0,00-0,20 | Sangat rendah |
2 | 0,20-0,40 | Rendah |
3 | 0,40-0,60 | Sedang |
4 | 0,60-0,80 | Tinggi |
5 | 0,80-1,00 | Sangat Tinggi |
Adapun soal yang akan digunakan adalah
- C. Pengukuran (Measurement)
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
Suharsimi menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”.
D. Testing
1. Definisi tes
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas. Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang perilaku individu (Allen dan Yen, 1979: 1). Karena itu, di dalam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu (sampel perilaku) berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenaites tersebut (anastari, 1982:22).
Menurut Linn & Gronlund (1990: 5) tes adalah “an Instrument or systematic procedure for measuring a sample behaviour”. Disatu sisi Djemari Mardapi (2004: 71) menambahkan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Secara lebih lengkap, Lee J. Cronbach (1970) menambahkan bahwa tes adalah “a systematic procedure for observing a person’s behaviour and describing it with the aid of a numerical scale or a category system”.
Pada buku psychological Testing, Anastari, ( 1982:22 ) menyatakan tes merupakan pengukuran yang obyektif dan standard. Cronbach menanbahkan bahwa tes adalah prosedur yang sitematis guna mengopservasi dan member deskripsi sejumblah atau lebih cirri seseorang dengan bantuan skala numerik atau suatu system kategoris.
Dengan demikian cepat dinyatakan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis. Ini berarti butir tes disusun berdasarkan cara dan aturan tertentu, pemberian skor harus jelas dan dilakukukan secara yrtperinci, serta individu yang menempuh tes tersebut harus mendapat butir tes yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Selain itu tes berisi sampelm perilaku, yang berarti kelayakan tes tergantung pada sejauh mana butir tes siswa adalah tes pelajaran matematika yang pada umumnya disusun oeh guru sendiri.
Peranan tes prestasi belajar paling signifikan adalh padaa program pengajaran di sekolah. Jadi tes prestasi menjadi bagian integral PBM dan berpengaruh langsung rehadap perkembangan belajar siswa. Dalam hal ini, baik tes prestasi belajar buatan guru maupun standar, keduanya mengukur prestasi siswa di kelas. Tetapi tes buatan guru paling dominan dan banyak digunakan (Gronlund, 1968:1 ).
Dengan mempertimbangakan prinsip dasar tes prestasi dan fungsinya dalm evaluasi belajar siswa di sekolah maka jelas bahwa tes buatan guru yang digunkan (formatif, sumatif, dan her) penting peranananya menentukan prestasi siswa, keberhasialn PBM yang dikelola guru, program pengajran di sekolah dan selakigus menentukan mutu pendidikan.
Karena itu, dalam membuat dan mengembangka tes, guru harus menyusunnya dengan baik. Dengan demikian mempertimbangkan hal itu maka guru harus mengetahui kriteria tes yang baik, pedoman pengembanhan tes, dan teknik pemberian skor.
- 2. Contoh tes
- Tes benar salah
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
b. Tes Menjodohkan
Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang terdapat dalam seri pertanyaan dan seri jawaban.
c. Tes Isian
Tes bentuk isian dapat digunakan dalam bentuk paragraf-paragraf yang merupakan rangkaian cerita atau karangan atau berupa satu pernyataan. Beberapa bagian kalimatnya yang merupakan kata-kata penting telah dikosongkan terlebih dahulu.
Daftar Pustaka
Akhmad Sudrajat (2008). Penilaian Hasil Belajar. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar/. Diakses 25 Februari 2009
Arikunto, Suharsimi (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Erlangga.
Sukardi (2008). Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Supranata dan Hatta (2004). Penilaian Portofolio. Bandung: Remaja Rosdakarya
thank